Rabu, 26 Maret 2014

BENTUK METODE DARI SEBUAH PUISI



BENTUK METODE DARI SEBUAH PUISI

Puisi merupakan salah satu karya sastra yang paling digemari oleh mereka yang gemar mencari arti atau makna yang tersirat didalam puisi itu sendiri. Menurut pengertiannya puisi itu adalah curahan perasaan yang terkadang begitu berarti mendalam bagi penulisnya, karena tidak dapat dituangkan dalam sekedar kata-kata. Dan kali ini saya akan mencoba menganalisis puisi yang berjudul “Ibu” karya Chairil Anwar, yang merupakan seorang penulis puisi ternama.

IBU

Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai

Ibu…..

Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah

Ibu…..

Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan Bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan

Namun…..
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu….

Ibu….
Aku sayang padamu…..
Tuhanku….
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya…..
 
Diksi
Untuk ketepatan pemilihan kata sering kali penyair menggantikan kata yang dipergunakan berkali-kali yang dirasa belum tepat, diubah kata-katanya.
Seperti pada baris kedua:

Bait pertama
‘Pernah Aku di tegur’
Merupakan pengganti dari kata ‘Nasehat’.
‘Katanya membaiki kelemahan’
dapat berarti ‘Menguatkan mental hidup di dunia yang keras’
‘Katanya supaya aku pandai’
dapat berarti ‘Memiliki pengalaman hidup dan kemampuan dalam diri’.

Tema
Puisi ‘Ibu’ karya Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema tentang kasih sayang seorang ibu penuh dengan pengorbanan, perjuangan dan doa seorang ibu seperti pada baris kelima belas sampai dua puluh dua :

‘Setiap kali aku tersilap’
‘Dia hukum aku dengan nasihat’
‘Setiap kali aku kecewa’
‘Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat’
‘Setiap kali aku dalam kesakitan’
‘Dia ubati dengan penawar dan semangat’
‘Dan Bila aku mencapai kejayaan’
‘Dia kata bersyukurlah pada Tuhan’

Kata Nyata
Secara makna, puisi Ibu tidak menggunakan kata-kata yang terlalu sulit untuk dimaknai, bukan berarti dengan kata-kata tersebut lantas menurunkan kualitas dari puisi ini. Sesuai dengan judul sebelumnya, puisi tersebut menggambarkan tentang kasih sayang seorang ibu, kepada anak nya, seperti Ibunda Chairil Anwar, pengalaman pribadi yang ditumpahkan didalam puisi ‘Ibu’.

Pengimajian
Melalui diksi dan kata nyata yang digunakan, penyair berupaya menumbuhkan pembayangan para penikmat sajak-sajaknya. Semakin kuat dan lengkap pembayangan yang dapat dibangun oleh penikmat sajak-sajaknya, maka semakin berhasil citraan yang dilakukan penyair. Di dalam sajak ini terdapat beberapa pengimajian, diantaranya :

Setiap kali aku tersilap (Imaji Rasa)
Dia hukum aku dengan nasihat (Imaji Rasa)
Setiap kali aku kecewa (Imaji Rasa)
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat (Imaji Rasa)
Setiap kali aku dalam kesakitan (Imaji Rasa)
Dia ubati dengan penawar dan semangat (Imaji Rasa)
Dan Bila aku mencapai kejayaan (Imaji Rasa)
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan (Imaji Rasa)
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu (Imaji Penglihatan)

Perasaan
Perasaan atau rasa merupakan salah satu unsur isi yang dapat mengungkapkan sikap penyair pada pokok persoalan puisi. Pada puisi di atas merupakan eskpresi jiwa penyair yang menyayangi sosok seorang ibu. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa “Aku sayang padamu”, ia menyayangi sosok Ibu jiwanya terikat oleh seorang Ibu, apapun yang terjadi, ia ingin selalu menyayangi seorang Ibu. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa penyair.

Amanat
Amanat dalam Puisi ‘Ibu’ karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan  dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut :

  • Seorang Ibu yang tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun   rintangan menghadang demi anaknya. 
  • Seorang Anak yang penuh harapan untuk membalas kebaikan seorang ibu yang tanpa batas. 
  • Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya atas berkat doa Ibu.

Kesimpulan
Dari ulasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap seniman atau sastrawan dalam membuat suatu karyanya dapat menggunakan berbagai macam cara. Salah satu caranya dengan mengekspresikan karyanya sebagai gundahan, gejolak, pengalaman, bayang-bayang yang sebagai media penyaluran karyanya untuk dapat dinikmati oleh umum. Kiasan-kiasan yang dilontarkan oleh Chairil Anwar dalam puisinya menunjukan bahwa di dalam dirinya mencoba memetaforakan akan bahasa yang digunakan yang bertujuan menghidupkan langsung dari jiwa. Dengan kiasan-kiasan itu gambaran menjadi nyata, berupa citra-citra yang dapat diindra, gambaran menjadi nyata, seolah dapat dilihat, dirasakan kasih sayangnya. Di samping itu kiasan-kiasan tersebut menyebabkan kepadatan sajak. Untuk menyatakan kasih sayang yang nyala-nyala untuk digunakan pernyataan “aku sayang padamu”. Jadi, disini kelihatan gambaran bahwa si penulis penuh kekuatan mau mereguk hidup ini dengan kasih sayang seorang ibu selama-lamanya. Jadi dapat ditafsirkan bahwa Chairil Anwar dalam puisi “Ibu” dapat didefinisikan sebagai bentuk pemetaforaan bahasa atau kiasan.

Demikian saya telah mengemukakan pendapat saya tentang puisi berjudul ‘Ibu’ karya Chairil Anwar.