Jakarta
- Perusahaan penyedia
solusi keamanan mengingatkan para pengguna internet tentang bahaya pishing.
Kejahatan siber ini benar-benar memanfaatkan kelengahan dan ketidaktelitian
para pengguna internet.
Demikian rangkuman pendapat dari Dony
Koesmandarin, Territory Channel Manager Kaspersky Lab Indonesia dan Myla Pilao,
Director Trendlabs Research Trend Micro. Mereka ditemui dalam kesempatan
terpisah di Jakarta.
Trend
Micro, menurut Pilao, sebanyak 91% serangan malware dilakukan melalui email phising.Penjahat cyber bisa mendapatkan data-data penting
sebuah perusahaan, lembaga atau perorangan. Data itu bisa dimanfaatkan sendiri
atau diperjualbelikan.
"Di
tengah makin merajalelanya serangan cyber di dunia digital masa kini,
lembaga-lembaga bisnis dan pemerintahan dituntut untuk mulai menyadari
pentingnya membekali diri dalam rangka menghadapi setiap ancaman dan tantangan
terkait kemanan IT serta sigap membangun strategi kemanan," kata Myla
Pilao di Jakarta, Kamis (1/10) petang.
Sementara
itu, Dony Moermandarin mengatakan, serangan siber, termasuk pishing melalui
email, di Indonesia sebenarnya masih relatif kecil dibandingkan di negara lain.
Namun, bukan berarti serangan spamming dan pishing itu tidak ada di Indonesia.
"Saya
menemukan beberapa situs perusahaan, seperti Bank Mandiri mulai memberikan
peringatan kepada nasabahnya tentang bahaya pishing. Itu berarti, ancaman pishing itu mulai ada di Indonesia,” kata Dony
di Jakarta, belum lama ini.
Secara
global, lanjut Dony, kasus spamming dan phising ini terjadi di perusahana
internet global sebanyak 42,35%. Sedangkan kasus lainnya terjadi di situs social media (14,75%), bank (13,42%), online store (8,12%), e-pay system (5,85%) dan penyedia layanan telepon
dan internet (5,57%).
"Di Indonesia, kasus spamming dan
phising masih sangat kecil. Tidak sebesar Amerika Serikat atau Tiongkok,"
kata dia.
Dony
menyebutkan ada tiga sasaran pishing yang utama, yakni Yahoo!, Facebook, dan Google.
“Saya yakin, hampir semua kita memiliki akun email di Yahoo. Sedangkan Facebook
adalah media sosial yang paling banyak digunakan saat ini. Pun begitu dengan
Google. Namun, saya yakin, dalam waktu dekat, Google akan menempati peringkat
kedua, menggeser Facebook,” kata Dony.
Melalui
Point of Sales
Menurut
Myla Pilao, di Indonesia, kejahatan pencurian data, tidak hanya melalui email phisingtetapi juga
melalui perangkat PoS (Point of Sales). Ketika sudah memperoleh
data-data nasabah, selanjutnya diperjualbelikan, bahkan mereka sendiri yang
melakukan kejahatan terhadap target tersebut.
"Cyber
crime saat ini sudah riil
dan benar-benar ada. Kebanyakan para hacker sudah terorganisasi, dan bahkan
sebagai sebuah organisasi bisnis. Di Indonesia pada umumnya, serangan terjadi
melalui perangkat PoS,"
ujar dia.
Sementara
itu, Country Manager Trend Micro Indonesia Andreas Kagawa mengungkapkan, dalam
rangka menyematkan perlindungan melawan maraknya ancaman dan aksi kejahatancyber, perusahaan maupun organisasi harus
memiliki strategi keamanan yang menyeluruh. Dia menawarkan empat strategi yang
mesti dilakukan yaitu, prevent,
detect, analyze dan respond.
Prevent atau mencegah, lanjut Kagawa adalah
strategi penelaahan dan pencegahan secara proaktif terhadap potensi munculnya
celah-celah kerentanan di sistem, sekaligus mampu menyediakan perlindungan
menyeluruh di lingkup endpoint,
server maupun aplikasi.
Sedangkan detect atau mendeteksi merupakan strategi
kemanan yang mampu mendteksi adanya malware tingkat tinggi, maupun vector-vector serangan, bahkan sebelum berhasil
mendekat.
Berikut Analyze atau analisis, yaitu mampu menyelami
jaringan kecerdasan keamanan guna melakukan penelaahan terhadap seluruh dampak
yang mungkin ditimbulkan akibat adanya ancaman-ancaman keamanan tersebut, yang
dilakukan secara real time.
Terakhir, respond, yaitu
memprioritaskan dilakukannya remediasi pada area-area utama yang membutuhkan,
serta mampu mengimplementasikan langkah-langkah perlindungan kilat, guna
mencegah lebih lanjut, sebelum terlanjur menjadi berbahaya.
"Jadi,
kebanyakan jenis malware sekarang itu adalah yang undetected. Biasanya selama 210 hari baru kita
sadari, bahwa ternyata kita sudah mendapat serangan. Jadi, deteksi dini dengan
langkah-langkah di atas itu penting, untuk menghindari kerugian yang lebih
besar,” jelas Kagawa.
Sedangkan
Dony menyarankan, pengguna internet di Indonesia untuk selalu waspada terhadap
setiap surel (e-mail) yang meminta pengguna menyebutkan informasi pribadinya,
sepertipassword atau username atau nama ibu kandung, tanggal lahir,
dan lain-lain. Pengguna juga disarankan untuk tidak mengisi aneka formulir
dalam surel yang menanyakan aneka informasi pribadi.
Pengguna,
lanjut Dony, juga harus selalu memastikan bahwa alamat situs perbankan yang
dikunjungi diawali dengan https, bukan http. Setiap menerima link URL, pengguna sebaiknya langsung tidak
mengeklik tautan (link) tersebut, melainkan mengetikkannya sendiri
melaluibrowser.
"Periksa
juga apakah program antivirus yang dipakai bisa memblokir phishing site ini, karena kadang kita bisa lengah
dan tidak sengaja mengklik link di e-mail tersebut," kata Dony.
http://www.beritasatu.com/iptek/311580-91-serangan-malware-melalui-email-phising.html
Analisis :
Selaras dengang
berkembangnya teknologi, ada juga yang mengembangkan teknologi yang merusak. Para
pengguna email biasanya tidak mengetahui jika ada malware mengatasnamakan situs
email yang pengguna gunakan. Maka dari itu tindakan tindakan preventif haru
dilakukan, seperti lebih berhati hati dalam mengisi form yang berisikan data
pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar