BENTUK METODE DARI SEBUAH PUISI
A. Pendekatan Kesusastraan
Ilmu Budaya Dasar pada kali ini berkaitan dengan budaya yang
ada dalam keseharian dan budaya bangsa. Ada istilah Humanities yang berasal
dari bahasa latin yaitu, manusiawi, berbudaya, dan halus. Hal ini tentunya
sangat baik jika kita pelajari, karna kita akan mendapatkan ciri dari manusia
yang baik dalam bermasyarakat. Istilah Humanities berkaitan dengan
cabang-cabang ilmu lainnya seperti filsafat, teologi, seni, dan
cabang-cabangnya termasuk satra, sejarah, cerita rakyat, dsb. Dari semua itu
intinya adalah mempelajari masalah manusia dan kebudayaan.
Contohnya saja dalam bidang kesenian, seni adalah suatu
ekspresi dari jiwa manusia. Segala kebebasan hasil karya dari manusia bebas
dituangkan dalam ekspresi seni. Seni lebih berbicara banyak dalam kebudayaan,
bahkan budaya dapat menggambarkan ciri dari suatu bangsa yang bermartabat.
B. Ilmu Budaya dan Puisi
Ilmu budaya atau humanities, ilmu yang dimiliki manusia erat
hubungannya dengan kesusastraan, maka ilmu budaya juga erat hubungannya dengan
seni yang akan kita bahas kali ini yaitu mengenai puisi.
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang paling digemari oleh mereka yang
gemar mencari arti atau makna yang tersirat didalam puisi itu sendiri. Menurut
pengertiannya puisi itu adalah curahan perasaan yang terkadang
begitu berarti mendalam bagi penulisnya, karena tidak dapat dituangkan dalam
sekedar kata-kata. Dan kali ini saya akan mencoba menganalisis puisi yang
berjudul “Ibu” karya Chairil Anwar, yang merupakan seorang penulis puisi
ternama.
IBU
Pernah
aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu…..
Pernah
aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu…..
Setiap
kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan Bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan Bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun…..
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu….
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu….
Ibu….
Aku
sayang padamu…..
Tuhanku….
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya…..
Tuhanku….
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya…..
1. Struktur Fisik
Diksi
Untuk ketepatan pemilihan kata
sering kali penyair menggantikan kata yang dipergunakan berkali-kali yang
dirasa belum tepat, diubah kata-katanya.
Seperti pada baris kedua:
Bait
pertama
‘Pernah
Aku di tegur’
Merupakan
pengganti dari kata ‘Nasehat’.
‘Katanya
membaiki kelemahan’
dapat
berarti ‘Menguatkan mental hidup di dunia yang keras’
‘Katanya
supaya aku pandai’
dapat
berarti ‘Memiliki pengalaman hidup dan kemampuan dalam diri’.
Kata Konkret
Dalam puisi ini terlihat pada
bait terakhir dan larik terakhir pada puisi, disana dituliskan, disini penyair
berusaha menggambarkan secara nyata dari keadaan konkret/ sebenarnya.
Imaji/Citraan
Melalui diksi dan kata nyata yang
digunakan, penyair berupaya menumbuhkan pembayangan para penikmat
sajak-sajaknya. Semakin kuat dan lengkap pembayangan yang dapat dibangun oleh
penikmat sajak-sajaknya, maka semakin berhasil citraan yang dilakukan penyair.
Di dalam sajak ini terdapat beberapa pengimajian, diantaranya :
Setiap
kali aku tersilap (Imaji Rasa)
Dia
hukum aku dengan nasihat (Imaji Rasa)
Setiap
kali aku kecewa (Imaji Rasa)
Dia
bangun di malam sepi lalu bermunajat (Imaji Rasa)
Setiap
kali aku dalam kesakitan (Imaji Rasa)
Dia
ubati dengan penawar dan semangat (Imaji Rasa)
Dan
Bila aku mencapai kejayaan (Imaji Rasa)
Dia
kata bersyukurlah pada Tuhan (Imaji Rasa)
Tidak
pernah aku lihat air mata dukamu (Imaji Penglihatan)
Bahasa
Figuratis
merupakan bahasa kiasan yang mengandung majas, maksud dari penggunaan majas ini
adalah memperdalam makna yang ada pada puisi, bahasa figuratif ini adalah cara
yang sering digunakan penulis untuk membangkitkan imajinasi dengan menggunakan
gaya bahasa.
Verivikasi dalam puisi ini dilihat dari penggalan kata, koma atau longkap spasi pada kata, hal ini akan jelas terlihat ketika kita membacanya.
Tata
Wajah
Tata
wajah adalah tatanan pada larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi yang
menghasilkan suatu bentuk fisik yang mendukung isi, rasa, dan suasana.
2.
Struktur Batin Puisi
Struktur
batin puisi adalah unsur pembangun puisi yang tidak tampak langsung dalam
penulisan kata-katanya. Struktur batin puisi dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
Tema
Puisi ‘Ibu’ karya Chairil Anwar di
atas mengungkapkan tema tentang kasih sayang seorang ibu penuh
dengan pengorbanan, perjuangan dan doa seorang ibu seperti pada baris kelima
belas sampai dua puluh dua :
‘Setiap
kali aku tersilap’
‘Dia
hukum aku dengan nasihat’
‘Setiap
kali aku kecewa’
‘Dia
bangun di malam sepi lalu bermunajat’
‘Setiap
kali aku dalam kesakitan’
‘Dia
ubati dengan penawar dan semangat’
‘Dan
Bila aku mencapai kejayaan’
‘Dia
kata bersyukurlah pada Tuhan’
Perasaan
Perasaan atau rasa merupakan salah satu unsur isi yang dapat
mengungkapkan sikap penyair pada pokok persoalan puisi. Pada puisi di atas
merupakan eskpresi jiwa penyair yang menyayangi sosok seorang ibu. Di sana
penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan
sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa “Aku sayang padamu”, ia
menyayangi sosok Ibu jiwanya terikat oleh seorang Ibu, apapun yang terjadi, ia
ingin selalu menyayangi seorang Ibu. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan
dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa
penyair.
Kata Nyata
Secara makna, puisi Ibu tidak menggunakan kata-kata
yang terlalu sulit untuk dimaknai, bukan berarti dengan kata-kata tersebut
lantas menurunkan kualitas dari puisi ini. Sesuai dengan judul sebelumnya,
puisi tersebut menggambarkan tentang kasih sayang seorang ibu, kepada anak nya,
seperti Ibunda Chairil Anwar, pengalaman pribadi yang ditumpahkan didalam puisi
‘Ibu’.
Amanat
Amanat dalam Puisi ‘Ibu’
karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan dapat kita rumuskan
adalah sebagai berikut :
· Seorang Ibu yang tegar, kokoh, terus
berjuang, pantang mundur meskipun rintangan menghadang demi
anaknya.
· Seorang Anak yang penuh harapan
untuk membalas kebaikan seorang ibu yang tanpa batas.
· Manusia harus mempunyai semangat
untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup
selama-lamanya atas berkat doa Ibu.
Kesimpulan
Dari ulasan tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap seniman atau sastrawan dalam membuat suatu karyanya
dapat menggunakan berbagai macam cara. Salah satu caranya dengan
mengekspresikan karyanya sebagai gundahan, gejolak, pengalaman, bayang-bayang
yang sebagai media penyaluran karyanya untuk dapat dinikmati oleh umum.
Kiasan-kiasan yang dilontarkan oleh Chairil Anwar dalam puisinya menunjukan
bahwa di dalam dirinya mencoba memetaforakan akan bahasa yang digunakan yang
bertujuan menghidupkan langsung dari jiwa. Dengan kiasan-kiasan itu gambaran
menjadi nyata, berupa citra-citra yang dapat diindra, gambaran menjadi nyata,
seolah dapat dilihat, dirasakan kasih sayangnya. Di samping itu kiasan-kiasan
tersebut menyebabkan kepadatan sajak. Untuk menyatakan kasih sayang yang
nyala-nyala untuk digunakan pernyataan “aku sayang padamu”. Jadi, disini
kelihatan gambaran bahwa si penulis penuh vetalitas mau mereguk hidup ini
dengan kasih sayang seorang ibu selama-lamanya. Jadi dapat ditafsirkan bahwa
Chairil Anwar dalam puisi “Ibu” dapat
didefinisikan sebagai bentuk pemetaforaan bahasa atau kiasan.
Demikian saya telah mengemukakan pendapat saya tentang puisi
berjudul ‘Ibu’ karya Chairil Anwar.
Sumber Referensi :
http://www.bimbie.com/unsur-unsur-puisi.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar