Tugas Bahasa Indonesia 2
Bulan Pertama
Disusun
oleh
Nama : Nurika Fathin Oktarina (16113679)
Kelas : 3KA18
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER
JURUSAN
SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Penalaran, Berfikir Deduktif dan Berfikir Induktif
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Proposisi dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yakni proposisi empiric dan proposisi mutlak. Proposisi empirik adalah pernyataan yang dapat
diverifikasi secara empirik. Sedangkan Proposisi mutlak adalah
proposisi yang jelas dengan sendirinya sehingga tidak perlu dibuktikan secara
empiris
Inferensi adalah
membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat
inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak
langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan
(eksplikatur).
Untuk menarik sebuah kesimpulan (inferensi) perlu kita
mengetahui jenis-jenis inferensi, antara lain:
Inferensi Langsung, Inferensi
yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan
untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari
premisnya.
Contoh:
“Bu, besok temanku berulang
tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi dari
ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang
tahun temanya.
Contoh:
“Pohon yang di tanam pak Budi
setahun lalu hidup.”dari premis tersebut dapat kita
lansung menari kesimpulan (inferensi) bahwa: pohon yang ditanam pak budi
setahun yang lalu tidak mati.
Inferensi Tak Langsung, Inferensi
yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk
sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira
ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak
sedikit saya bawa.
Inferensi yang
menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh yang lain;
A : Saya melihat ke dalam kamar
itu.
B : Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai missing link
diberikan inferensi, misalnya:
C: kamar itu memiliki plafon
Implikasi berfungsi
membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian yang
baru dilakukan.
Macam-macam implikasi:
· Implikasi
Teoritis
Pada bagian ini
peneliti menyajikan gambar lengkap mengenai implikasi teoretikal dari
penelitian ini.Bagian ini bertujuan untuk meyakinkan penguji pada mengenai
kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dalam teori-teori yang digunakan untuk
memecahkan masalah penelitian, tetapi juga implikasinya bagi teori-teori yang
relevan dengan bidang kajian utama yang disajikan dalam model teoritis.
· Implikasi
Manajerial
Pada bagian ini
peneliti menyajian bergagai implikasi kebijakan yang dapat dihubungkan dengan
temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini.Implikasi manajerial
memberikan kontribusi praksis bagi manajemen.
· Implikasi
Metodologi
Bagian ini bersifat
opsional dan menyajikan refleksi penulis mengenai metodologi yang digunakan
dalam penelitiannya. Misalnya pada bagian ini dapat disajikan penjelasan
mengenai bagian-bagian metode penelitian mana yang telah dilakukan dengan
sangat baik dan bagian mana yang relatif sulit serta prosedur mana yang telah
dikembangkan untuk mengatasi berbagai kesulitan itu yang sebetulnya tidak
digambarkan sebelumnya dalam literatur mengenai metode penelitian. Peneliti
dapat menyajikan dalam bagian ini pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan
dalam penelitian lanjutan atau penelitian lainnya untuk memudahkan atau untuk
meningkatkan mutu dari penelitian.
Wujud
Evidensi, semua fakta yang ada, dan dapat
dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kejadian. Evidensi juga sering
disebut sebangai bukti empiris.
Cara
Menguji Data, data adalah deskripsi
dari suatu kejadian yang menghasilkan suatu kesimpulan dalam menarik suatu
keputusan.
Beberapa cara yang
digunakan untuk pengujian data :
· Observasi
· Kesaksian
· Autorisasi
Cara
Menguji Fakta, Fakta adalah data yang
terbukti dan telah menjdi suatu kenyataan. Cara menguji apakah data yang di
dapat merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Dari penilaian tersebut
maka dapat dilanjutkan lagi dengan menggunakan fakta tersebut sehingga
benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
Cara
Menilai Autorisasi, untuk menilai suatu
autoritas, dapat memilih beberapa pokok berikut :
· Tidak
Mengandung Prasangka
· Pengalaman
dan Pendidikan Autoritas
· Kemashuran
dan Presite
· Khorensi
Dengan Kemajuan
· Berfikir
Deduktif
Berpikir
deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Deduktif bisa disebut juga
sebagai proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran
ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu
dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal
yang lebih rendah.
Contoh: “Masyarakat Indonesia konsumtif (umum)
dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif
sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial”.
Silogisme adalah
suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua
proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Berdasarkan bentuknya,
silogisme terdiri dari:
Silogisme
Kategorial
Silogisme kategorial
adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang
mendukung silogisme disebut dengan premis yang
kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi
predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang
menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle
term).
Contoh:
Semua tumbuhan
membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah
tumbuhan (premis minor).
Akasia membutuhkan
air (Konklusi)
Apabila salah satu
premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian makanan tidak
menyehatkan (minor).
Sebagian makanan tidak
halal dimakan (konklusi).
Apabila salah satu
premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
Sebagian pejabat
korupsi (minor).
Sebagian pejabat tidak
disenangi (konklusi).
Apabila kedua premis
bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
Bambang adalah
politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut
tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya
bersifat kemungkinan (bukan kepastian).
Bambang mungkin tidak
jujur (konklusi).
Apabila kedua premis
bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan
tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan
dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kerbau bukan
bunga mawar (premis 1).
Kucing bukan
bunga mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut
tidak mempunyai kesimpulan
Apabila term penengah
dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Semua ikan berdarah
dingin.
Binatang ini berdarah
dingin.
Maka, binatang ini
adalah ikan?
Mungkin saja binatang
melata.
Term-predikat dalam
kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila
tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Rusa adalah
binatang.(premis 1)
Kambing bukan
rusa.(premis 2)
Kambing bukan
binatang ?
Binatang pada konklusi
merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
Term penengah harus
bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah
bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
Febuari adalah
bulan.(minor).
Febuari bersinar
dilangit?
Silogisme harus terdiri
tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan
konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah
binatang.(premis 1)
Domba adalah
binatang.(premis 2)
Beringin adalah
tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah
tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut
tidak dapat diturunkan kesimpulannya
Silogisme
Hipotesis
Silogisme hipotetik
adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan
premis minornya adalah proposisi katagorik. Hukum-hukum Silogisme Hipotetik
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan
silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila
premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik
adalah:
Bila A terlaksana maka
B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana
maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B terlaksana, maka
A terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B tidak terlaksana
maka A tidak terlaksana.
Ada 4 (empat) macam
tipe silogisme hipotetik:
Silogisme hipotetik
yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan saya
naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak
(konklusi).
Silogisme hipotetik
yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
Sekarang bumi telah
basah (minor).
Hujan telah turun
(konklusi)
Silogisme hipotetik
yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah
dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan
tidak dilaksanakan dengan paksa.
Kegelisahan tidak akan
timbul.
Silogisme hipotetik
yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke
jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak
gelisah.
Mahasiswa tidak turun
ke jalanan.
Silogisme
alternatif
Adalah silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya
akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi berada
di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada
di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak
berada di Bogor.
Entimen
Silogisme ini jarang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan.
Merupakan silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi
tersebut dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada
dasarnya adalah silogisme. Yang dikemukakan hanya premis
minor dan kesimpulan.
Contoh entimen:
Dia menerima hadiah
pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Anda telah memenangkan
sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya
Premis mayor
(MY) : manusia mahluk rasional
Premis minor
(MN) : kucing bukan
manusia
Kesimpulan
(K) : kucing tidak rasional
Dapat diuraikan sebagai
berikut :
Silogisme merupakan
bentuk penalaran deduktif yang formal.
Proses penalaran
dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai pada kesimpulan.
Strukturnya tetap:
premis mayor, premis minor, kesimpulan.
Premis mayor berisi
pernyataan umum.
Premis minor berisi
pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor.
Kesimpulan dalam
silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.
Berfikir
Induktif
Penalaran induktif
dilakukan terhadap fakta-fakta khusus untuk kemudian dirumuskan sebuah
kesimpulan. Kesimpulan ini mencakup semua fakta yang khusus.
Contoh :
Sejak suaminya
meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit.
Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan
suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk
biya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya
yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta,
sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat beban hidupnya. (Ide
pokok)
Seperti halnya
penalaran duduktif, cara bernalar induktif juga terbagi kedalam beberapa macam.
Yakni:
Generalisasi
Generalisasi ialah
proses penalaranyang megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat
tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala
dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.”
Hal ini dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan
memberikan gambaran seperti itu.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi
memuai.
Jika dipanaskan,
tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas
memuai.
Jadi, jika dipanaskan
semua logam akan memuai.
Benar atau tidak
benarnya rumusan kesimpulan secara generalisasi, itu dapat dilihat dari hal-hal
berikut.:
Data itu harus memadai
jumlahnya. Semakin banyak data yang dipaparkan, semakin benar simpulan yang
diperoleh.
Data itu harus mewakili
keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang benar.
Pengecualian perlu
diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat
dijadikan data.
Contoh generalisasi
yang tidak sahih;
a. Orang
garut suka rujak
b. Makan
daging dapat menyebabkan penyakit darah tinggi.
c. Orang
malas akan kehilangan banyak rejeki.
Hipotese
dan Teori
Generalisasi dan
hipotese memiliki sifat yang tumpang tindih, namun membedakan kedua istilah
tersebut sangat perlu. Hipotese (hypo ‘di bawah’, tithenai ‘menempatkan’)
adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk
menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta
lain lebih lanjut Dan sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotese yang
secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese.
Teori adalah azas-azas
yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat
dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada. Sedangkan hipotese
merupakan suatu dugaan yang bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi
antara fenomena-fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang telah diuji
dan yang dapat diterapkan pada fenomena-fenomena yang releven atau sejenis.
Untuk merumuskan hipotesa yang baik perhatikan ketentuan berikut:
- Memperhitungkan semua
evidensi yang ada
- Bila tidak ada alasan
lain, maka antara dua hipotesa yang mungkin diturunkan, lebih baik memilih
hipotesa yang sederhana daripada yang rumit
- Sebuah hipotese tidak
pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman manusia
- Hipotese buka hanya
menjelaskan fakta-fakta yang membentuknya,tetapi harus menjelaskan fakta-fakta
sejenis yang belum diselidiki.
Analogi
Adalah cara bernalar
dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh:
Nina adalah lulusan
akademi A.
Nina dapat menjalankan
tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan
akademi A.
Oleh sebab itu, Ali
dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara
analogi adalah sebagai berikut.
1. Analogi
dilakukan untuk meramalkan sesuatu.
2. Analogi
dilakukan untuk menyingkap suatu kekeliruan.
3. Analogi
digunakan untuk menyusun klasifikasi.
Hubungan
kausal
Adalah penalaran yang
diperoleh dari gejala-gejala yang memiliki pola hubungan sebab akibat.
Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita
temukan. Hujan turun dan jalan-jalan becek. Ia kena penyakit kanker darah
dan meninggal dunia. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini,
terdapat tiga pola hubungan kausalitas. Yaitu sebagai berikut:
Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini
berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A
menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang
dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
Dalam kaitannya dengan
hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan
simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas
terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah mangga
terjatuh dari batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan
penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan
mungkin pula dilempari anak-anak. Pastilah salah satu kemungkinana itu yang menjadi
penyebabnya.
Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita
memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita
analisis untuk dicari penyebabnya.
Contoh ;Kemarin pak maman tidak masuk kantor. Hari inipun tidak. Pagi
tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Oleh karena itu, pasti
Pak Maman sedang sakit.
Sebab Akibat -1 Akibat -2
Suatu penyebab dapat
menyebabkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang
menimbulkan akibat kedua. Demikianaalah seterusnya, hingga timbul arangkaian
beberapa akibat.
Contoh:
Mulai bulan mei 2012, harga
beberapa jenis BBM direncanakan akan mengalami kenaikan. Terutama premium dan
solar. Hal ini karena pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya
ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Dikarenakan harga bahan bakar
naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan
naik, harga barang pasti ikutn naik. Naiknya harga barang akan dirasakan berat
oleh masyarakat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan
usaha menaikan pendapatan rakyat.
Induksi
dalam metode eksposisi
Eksposisi adalah salah
satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis
dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengangaya penulisan
yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi
uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau
pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi
dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi
ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi
demikian lazim disebut paparan proses.
· Langkah
menyusun eksposisi:
· Menentukan
topik/tema
· Menetapkan
tujuan
· Mengumpulkan
data dari berbagai sumber
· Menyusun
kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
· Mengembangkan
kerangka menjadi karangan eksposisi.
Kesimpulan
Dari berbagai
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian dalam prosesnya ada 2
macam yaitu penalaran Deduktif dan penalaran Induktif.
Penalaran Deduktif
adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut
Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan Entinem.
Penalaran Induktif
adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya
disebut Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif
yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan
akibat–sebab.
Referensi: